Penjualan Sepi, Pedagang Pasar Sentral Timika Keluhkan 3 Hal Ini

Aktivitas di salahsatu pedagang gedung Pasar Sentral Timika, Rabu (1/2/2023). (Foto: Wahyu/APN)

Timika, APN – Para pedagang yang berdagang di Pasar Sentral Timika, Papua Tengah, mengeluhkan beberapa hal yang dinilai membuat dagangan mereka sepi yakni pemberlakuan satu arah Jl. Budi Utomo Mimika, adanya pedagang di eks Pasar Swadaya (Pasar Lama) dan Pasar Gorong-gorong.

Hal ini disampaikan para pedagang kepada antarpapuanews.com, saat ditemui Rabu (1/2/2023).

Menurut para pedagang sepinya pasar ditambah pembayaran retribusi pasar setiap bulannya menjadi beban cukup berat yang dipikul para pedagang. Bahkan menurut penelusuran ada beberapa pedagang yang baru saja membuka usahanya harus gulung tikar.

Mujiati, seorang pedagang sayur dan rempah Pasar Sentral, meminta kepada pemerintah agar jalan Budi Utomo segera diberlakukan kembali dua arah.

Menurutnya, sebagian besar pedagang mengeluhkan hal yang sama, karena diberlakukannya kebijakan satu arah membuat masyarakat terpaksa harus memutar jauh saat hendak ingin berbelanja di Pasar Sentral Timika. Sehingga masyarakat akhirnya memilih untuk berbelanja di Pasar Gorong-gorong dan Eks Pasar Swadaya.

“Saya minta bantuan dari bapak bupati tolong jalan Budi Utomo jadikan dua arah karena Ibu-ibu mengeluh kalau ke pasar induk, pasar induk sekarang sepi setelah natalan. (Pemasukan) jatuh total ini, pokoknya dari natalan sampai sekarang jatuh,” terang Mujiati.

“Jadi tolong pak bupati tolong bantu, karena sekarang mama mama (pedagang) mengeluh semua, sampingku jualannya enggak lalu ini, sepi memang,” ujarnya menambahkan.

Mujiati mewakili keresahan rekan-rekannya meminta pemerintah agar merancang suatu perda guna menentukan tarif ojek. Sebab rekan sesama pedagang khususnya mama-mama pedagang sayur Orang Asli Papua (OAP) kerap mengeluhkan karena hasil penjualan tidak seimbang dengan tarif ojek yang terus meroket.

“Harga ojek itu harus ditata, jangan sampai tiap hari turunkan penumpang itu berkelahi, daun singkong mau dijual Rp10 ribu tidak laku harus dijual Rp 5 ribu baru harga ojek lambung tinggi,” ujarnya.

Lina yang juga merupakan Pedagang Sembako Pasar Sentral Timika menuturkan, aktivitas pasar belakangan ini tidak berjalan lancar pasca natal dan tahun baru.

Aktivitas pasar dari tahun ke tahun terbilang sama kata Lina, terutama di awal tahun pada Januari hingga pertengahan Februari, aktivitas jual beli di pasar tidaklah signifikan. Meski tahun ini menurutnya berbeda, sebagai pedagang Lina mengaku sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.

“(Pendapatan) tergantung lah, biasanya kalau lagi sepi sepinya ya Rp3 juta lebih, Rp4 juta lebih, paling standar Rp5 juta lah, kalau kemarin natal kita masih bisa dapat Rp10 juta, Rp13 juta, Rp 15 juta. (Pembeli) selalu ada tapi tidak sama kayak mau dekat natal begitu,” kata Lina.

“Kalau masalah penagihan mungkin kita biasa setor di penagih mungkin satu juta, tujuh ratus kita kurangi lima ratus sesuai keadaan pembeli lah nda selamanya kita bisa setor banyak, (Keluhan) banyak sih, tidak ada pembeli sepi, mana barang-barang naik semua baru maksudnya kita jual sekian baru hari ini jual sekian besok sudah naik lagi, mau dikasih naik lagi kan sayang baru cuman baik sepuluh ribu, lima ribu kan kita sayang juga jadi mending yang penting kita biar dapat sedikit yang penting ada toh, sama-sama lah saling menutupi,” sambungnya.

Selanjutnya, Salomina Howai, seorang Pedagang Pasar Sentral Timika lainnya saat ditemui juga mengeluhkan hal yang sama. Namun yang paling ia disoroti adalah Eks Pasar Swadaya dan Pasar Gorong-gorong yang hingga kini masih terus beroperasi meskipun kerap ditertibkan oleh pemerintah melalui pihak-pihak terkait.

Menurut Salomina, kedua pasar yang masih terus beroperasi ini terdapat dua hal yang janggal. Pertama pasar Gorong-gorong beroperasi di wilayah perusahaan PT Freeport Indonesia, sedangkan Eks Pasar Swadaya dianggap mengganggu kebersihan kota.

Dia pun mempertanyakan tujuannya pemerintah membangun Pasar Sentral Timika secara permanen jika ujung-ujungnya menjadi kontroversi bagi para pedagang sendiri.

“Jadi pemerintah itu ada punya tanggapan ah pemerintah kan beli tanah ini, pemerintah bangun ini untuk kami orang pedagang pasar. Maksudnya begini kalau bisa dari pemerintah (pindahkan) yang di pasar lama dan pasar gorong-gorong itu semua ke pasar sentral,” terangnya.

“Sekarang yang kami pertanyakan, di pasar lama itu pedagang-pedagang kaki lima yang pecah belah, itu semua pedagang-pedagang pakaian semua pertahankan itu tuh dorang itu kerjasama dengan siapa sebenarnya sampai dorang masih bertahan disitu? Siapa sebenarnya yang tahan mereka disitu? Itu pasti ada orang dalam yang tahan mereka disitu, Jadi bagaimana supaya pasar lama dengan pasar gorong-gorong itu satukan disini,” sambungnya.

Berbeda dengan Jufri, yang sehari-harinya berjualan daging ayam di kawasan pasar sentral. Meskipun terbilang sepi, menurutnya pemberlakuan satu arah (One Way) jalan Budi Utomo tidak begitu berpengaruh pada pendapatannya.

Jufri mengungkapkan meski harus memutar jauh untuk menempuh Pasar Sentral Timika, apapun alasannya jika masyarakat yang benar-benar ingin berbelanja tentu akan datang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.

“(Satu Arah Jl. Budi Utomo), kalau dibilang itu tidak ada kaitannya, kalau orang mau belanja cari ikan pasti kan kesini juga to sekalian belanja yang lain, (Pendapatan) sama saja biar satu arah kalau orang mau cari ikan tetap kesini. Mereka tetap kesini kalau mau cari barang-barang to. Cuman itu saja orang jauh putar, tapi biar bagaimanapun kalau dia mau cari sesuatu di pasar baru tetap dia datang,” imbuh Jufri.

Sementara itu, beberapa pedagang lainnya saat ditemui mengungkapkan, aktivitas jual beli di Pasar Sentral Timika terbilang ramai pada pagi hari saja, yakni pada pukul 08.00 WIT hingga pukul 10.30 WIT.

Selebihnya, para pedagang hanya bersantai sambil berharap nasibnya bakal mujur seperti diwaktu pagi hari. Banyak diantara mereka mengaku sudah menjadikan lapak miliknya layak rumah dimana bisa dijadikan sebagai tempat tidur, makan dan aktivitas lainnya layaknya di rumah sendiri untuk melawan rasa suntuk.

Penulis: WahyuEditor: Sani

Tinggalkan Pesan Anda